Blog ini menulis tentang Kisah Nabi Muhammad SAW, Kisah Khalifah dan Kisah Islami

Senin, 31 Juli 2017

Haji Wada' : Perpisahan Rosululloh dengan Umatnya


HAJI WADA'

Haji wada adalah perpisahan Rosulululloh dengan umatnya. Segala sesuatu akan ada akhirnya. Setiap kisah, ada penutupnya. Manusia datang, kemudian mereka pergi. Awalnya mereka mengucapkan salam pertemuan, lalu kemudian mereka berlalu dengan perpisahan. Hal demikian terjadi pada setiap orang, tidak terkecuali nabi kita Muhammad SAW. Beliau datang dengan risalah dari sisi Rabnya, setelah sempurna apa yang diperintahkan kepada beliau. Saat itulah beliau kembali menuju Alloh SWT.

Dalam perjalanan hidup nabi Muhammad SAW, salah satu momen besar yang menjadi perpisahan beliau dengan umatnya adalah peristiwa haji wada;, haji perpisahan. Saat itu Alloh SWT telah memperlihatkan sebagian buah dari dakwah beliau Muhammad SAW. Sebelum beliau berpulang ke Rafiqul A'la beliau diperlihatkan hampir semua wilayah di Jazirah Arab telah menerima cahaya Islam. Orang-orang berbondong-bondong memeluk agama Alloh SWT. Agama Islam telah kokoh. Bendera-bendera tauhid telah berkibar di berbagai tempat. Dan Mekkah telah kembali kepada hakikatnya dimana Alloh SWT ditauhidkan dan tidak disekutukan dengan sesuatu apapun.


Tanda Wafat Nabi Muhammad Sebagai Peringan Musibah

Pada akhir tahun 10 H, tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rosululloh SAW telah dekat. Hal ini merupakan salah satubentuk rahmat dan kasih sayang Alloh SWT kepada kaum muslimin. Dengan tanda-tanda tersebut mereka bisa mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima selalu musibah berat yang akan menimpa mereka. Karena tidak ada musibah yang lebih berat bagi para sahabat melebihi musibah ditinggal oleh Rosululloh SAW.

Diantara tanda-tanda tersebut adalah :
1. Ditaklukkannya Kota Mekkah
2. Masuk Islamnya tokoh-tokoh Bani Tsaqif
3. Kedatangan delegasi dan utusan negara-negara non muslim menuju Madinah untuk memeluk Islam, dan lain-lain. Ini beberapa tanda yang menunjukkan sudah dekatnya ajal Rosululloh SAW.

Imam an-Nasa-i meriwayatkan dalam kitab Tafsir, bahwa Ibnu Abbas mengatakan tentang surat an-Nashr ini : "Ketika diturunkan, ia (surat an-Nashr) mengabarkan wafatnya Rosululloh SAW. Maka beliau lebih meningkatkan ketekunan dalam urusan akhirat". (Tafsir an-Nasa-i).

Sebelumnya pada bulan Ramadhan, Rosululloh SAW beri'tikaf selama 20 hari, padahal di tahun-tahun sebelumnya beliau hanya melakukannya 10 hari saja. Saat i'tikaf adalah saat dimana seseorang menyibukkan diri beribadah kepada Alloh SWT dan mengurangi interaksi dengan orang disekitarnya. Ini merupakan pembelajaran dan persiapan bagi para sahabat. Beliau mengurangi dan sedikit berinteraksi dengan mereka sebelum nanti beliau akan meninggalkan mereka selamanya. Demikian juga di bulan Ramadhan di tahun tersebut, malaikat Jibril yang biasanya menyimak bacaan Al Quran Nabi SAW satu kali khatam. Namun pada tahun itu malaikat Jibril menyimak dengan dua kali khatam.

Sesungguhnya malaikat Jibril AS menyimak Al Quran yang dibacakan Nabi SAW sekali pada setiap tahunnya dan pada tahun wafatnya Nabi, malaikat Jibril AS menyimaknya dua kali. (Muttafaq 'alaihi). Nabi Muhammad SAW juga berpesan kepada Muadz bin Jabal yang beliau utus ke Yaman, beliau bersabda :

"Wahai Muadz sesungguhnya engkau mungkin tidak bertemu aku lagi setelah tahun ini, dan mungkin saja engkau akan melewati masjidku ini dan kuburanku ini." Maka Muadz pun menangis takut berpisah dengan Rosululloh SAW. (HR. Ahmad).

Pada bulan Dzul Qa'dah tahun 10 Hijriah, mulailah Nabi Muhammad SAW mempersiapkan diri untuk menunaikan haji yang pertama sekaligus yang terakhir dalam kehidupan beliau. Yang kemudian dicatat sejarah dengan istilah Haji Wada'. Rosululloh SAW menyeru kaum muslimin dari berbagai kabilah untuk menunanikan ibadah haji bersamanya. Diriwayatkan, jamaah haji pada tahun itu berjumlah dari 100.000 orang bahkan lebih.

Haji Wada'

Rosululloh SAW berangkat dari Madinah menuju Mekkah saat bulan Dzul Qa'dah tersisa empat hari lagi. Beliau berangkat setelah menunaikan sholat dzuhur dan sampai di Dzil Hulaifah sebelum Ashar.Di tempat itu, beliau menunaikan sholat Ashar dengan Qashar, kemudian mengenakan pakaian ihram.

Setelah menempuh delapan hari perjalanan, sampailah Rosululloh SAW di tanah kelahirannya, tanah suci Mekkah al-Mukaramah. Beliau berthawaf di Ka'bah, setelah itu Sa'i antara Safa dan Marwah. Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H, Nabi Muhammad SAW berangkat menuju Mina. Beliau sholat Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya disana. Kemudian bermalam di Mina dan menunaikan sholat subuh juga di tempat tersebut.

Setelah matahari terbit, beliau berangkat menuju Arafah. setelah matahari mulai bergeser, condong ke arah barat, beliau mulai memberikan khutbah. Dan tempat dimana beliau berkhutbah, dibangun sebuah masjid pada pertengahan abad ke-2 Hijriah oleh penguasa Abbasiyah dan diberi nama Masjid Namirah. Di akhir khutbahnya, nabi muhammad saw bersabda :

"Kalian akan ditanya tentangku, apakah yang akan kalian katakan? Jawab para sahabat: kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan (risalah), telah menunaikan (amanah) dan telah menasehati. Maka ia berkata dengan mengangkat jari telunjuk ke arah langit, lalu ia balikkan ke manusia: Ya Alloh saksikanlah, Ya Alloh saksikanlah, sebanyak 3 kali". (HR. Muslim).

Setelah beliau selesai berkhutbah, Alloh Ta'alah menurunkan ayat :

"...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi agama bagimu..." (QS. Al Maidah : 3).

Pada saat turun ayat tersebut, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu ditanyakan kepadanya, "Apa yang menyebabkan kamu menangis?" Umar menjawab, "Sesungguhnya tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan."

Dari ayat tersebut, Umar merasakan bahwa ajal Nabi Muhammad SAW telah dekat. Apabila syariat telah sempurna, berita wahyu pun akan terputus. Jika wahyu telah terputus, maka tiba saatnya Nabi Muhammad SAW kembali ke haribaan Robbnya, yaitu Alloh Ta'ala. Dan itulah kekurangan yang dimaksud Umar, yakni kehilangan Nabi Muhammad SAW. Dari sini juga kita mengetahui keagungan Kota Mekkah, disanalah syariat yang suci ini dimulai dan disana pula syariat disempurnakan.

Dalam kesempatan lainnya, di Mina Nabi Muhammad SAW kembali berkhutbah :

"Sesungguhnya setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Alloh menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo/dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban." (HR. Bukhari).

Kemudian beliau bersabda, "Bulan apa ini?" Kami (para sahabat) menjawab, "Alloh SWT dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti nama bulan ini. Lalu beliau kembali bersabda, "Bukankah ini bulan Dzulhijjah?" para sahabat menjawab, "Benar." Beliau melanjutkan, "Negeri apa ini?" Kami menjawab, "Alloh SWT dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau kembali diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti nama tempat ini. Lalu beliau bersabda, "Bukankah ini negeri al-haram?" kami menjawab, "Iya, ini tanah haram".

Haji Wada'

Haji Wada' berarti haji terakhir, merupakan haji pertama dan terakhir kalinya untuk Muhammad. Peristiwa ini diikuti oleh lebih dari 100.000 muslim saat itu, dimana Muhammad bergerak dari Madinah melewati jalan yang disebut Jalur Para Nabi menuju ke Mekkah untuk menjalankan ritual haji.

16 Maret — Ghadir Khum

Khum adalah suatu lembah sungai kering di antara Mekkah dan Madinah, riwayat menyebutkan bahwa pada tanggal 18 Djulhijjah atau 16 Maret, setelah Haji Wada', Nabi mengumpulkan seluruh umat muslim di tempat ini untuk menerima wahyu dari Allah yang terakhir, sekaligus menurut kalangan Syi'ah, pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin pengganti Nabi.

Kamis, 4 Juni — Wasiat Muhammad

Kesehatan Muhammad menurun drastis, puncaknya pada hari Kamis. Muhammad memanggil para sahabatnya dan mengumumkan bahwa ia ingin menulis wasiat, ia meminta alat-alat tulis untuk menulis pernyataan yang akan "menghindarkan Bangsa Muslim dari kesesatan sampai akhir zaman". Orang pertama yang menjawab adalah Umar, berkata bahwa tidak diperlukan lagi wasiat, dan menyatakan bahwa Muhammad sakit dan ummat telah memiliki al-Qur'an yang cukup untuk mereka.

Sabtu, 6 Juni — Ekspedisi Usamah bin Zaid

Sebelumnya Muhammad mengirim ekspedisi melawan Kekaisaran Byzantium (Roma) yang menghasilkan apa yang kita ketahui dalam Perang Mu'tah. Pemimpin ekspedisi tersebut adalah Zaid bin Haritsah, sebelumnya anak angkat Nabi. Zaid syahid dalam ekspedisi tersebut.
Hari Sabtu sebelum meningalnya, Muhammad memerintahkan kepada Umar, Abu Bakar, Utsman dan lainnya ikut dalam pasukan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid, anak dari Zaid bin Haritsah, untuk menghadapi pasukan Byzantium di Syria.
Ali dan mereka yang berasal dari Bani Hasyim diperintahkan untuk tetap di Madinah. Umar memprotes keputusan ini, menyebabkan Muhammad melarang mereka untuk meninggalkan pasukan Usamah. Mereka pergi, tetapi berdiam di luar Madinah dan kembali esok harinya.

Senin, 8 Juni — meninggal

Muhammad meninggal pada hari Senin, tanggal 8 Juni 632

Sejarah

Waktu pelaksanaan

Perselisihan pendapat

Ada sementara kalangan yang menyebut bahwa Allah mewajibkan haji pada tahun ke-10, ke-9, ke-6 Hijriyah dan ada juga yang menyatakan bahwa haji telah diwajibkan sebelum Rasulullah berhijrah. Pernyataan-pernyataan ini jelas janggal dan aneh.[1] Ibnu Qayyim[2] menyatakan, berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan dapat dipercaya, haji diwajibkan pada tahun ke-10 Hijriyah. Inilah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah agar manusia tidak menunda-nunda suatu kewajiban. Terkait dengan kewajiban haji ini, Allah berfirman, "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, (yaitu) bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah."[3] Padahal ayat ini turun pada Tahun Perutusan atau akhir tahun ke-9 Hijriyah.

Haji pertama dan terakhir

Di dalam catatan sejarah disebutkan bahwa Rasulullah sendiri tidak pernah melakukan haji dari Madinah, kecuali yang beliau lakukan pada tahun ke-10 Hijriyah. Haji ini kemudian dikenal dengan nama haji balâgh (haji penyampaian dakwah Allah), haji Islam (haji penyerahan diri), dan haji Wada' (haji perpisahan). Pasalnya, haji ini adalah haji terakhir Rasulullah bersama kaum Muslimin. Sesudah itu, beliau tidak pernah berhaji lagi. Disebut sebagai haji balâgh karena pada saat itu Rasulullah menyampaikan ajaran Allah berupa diwajibkannya haji kepada seluruh umat manusia, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Bahkan, tidak ada satu pun unsur dan nilai ajaran Islam, kecuali beliau telah menjelaskannya secara rinci. Ketika beliau tengah menerangkan masalah haji keapda seluruh Muslimin yang hadir di padang Arafah, Allah menurunkan ayat, "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu."[4][5]

Semangat haji

Ketika Rasulullah mengumumkan keinginan kuat beliau untuk melaksanakan haji, tepatnya pada tahun ke-10 Hijriyah, banyak sekali orang yang datang ke Madinah. Mereka semua ingin menyempurnakan keislaman mereka dengan melaksanakan rukun Islam yang kelima dan melakukan apapun yang dilakukan oleh Rasulullah.[6]
Rasulullah keluar dari Madinah pada tanggal 5 Dzulqa'dah. Baik di perjalanan pergi maupun pulang dari haji, terjadi berbagai peristiwa.[7] Perjalanan beliau ini telah memberi inspirasi kepada para ulama fikih sehingga tercipta bab-bab fikih ibadah di mana para ulama, baik ulama terdahulu maupun kontemporer, mengajinya secara khusus. Mereka membuat bab haji secara tersendiri di dalam kitab-kitab yang mereka tulis.[8]

Mereka (kaum Muslimin yang mengikuti haji pada tahun itu) berkata, "Kami bersaksi bahwa sesungguhnya Anda benar-benar telah menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan Anda, melaksanakannya, dan menasihatkannya kepada umat Anda. Anda telah menjalankan segala sesuatu yang ada pada Anda."
Rasulullah berkata, "Ya Allah, saksikanlah."
Beliau mengucapkan kata-kata tersebut sebanyak tiga kali.[9]
Kemudian, di sela-sela khutbahnya Rasulullah berkata, "... celakalah kalian, perhatikanlah oleh kalian, janganlah kalian kembali kepada kekufuran sepeninggalku, di mana kalian menghancurkan dan memerangi satu sama lain."[10]
Beliau berkata pula, "Sesungguhnya setan sudah kehilangan harapan untuk dapat disembah di bumi kalian ini. Akan tetapi, ia punya kesempatan untuk dipertuan manusia dalam berbagai hal selain itu, dan semuanya bersumber dari perbuatan kalian. Oleh karena itu, berhati-hatilah, saudara-saudara.
Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu. Seandainya kalian berpegang teguh padanya, niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya. Sesuatu itu adalah Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya.
Sesungguhnya setiap Muslim adalah saudara bagi setiap Muslim lainnya. Seluruh Muslimin adalah bersaudara. Oleh sebab itu tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk mengambil harta saudaranya, kecuali sesuatu yang diberikan atas kebaikan hatinya...[11]

Analisis[sunting | sunting sumber]

Hikmah dari haji Wada'[sunting | sunting sumber]

  1. Rasulullah ingin mengajarkan kepada umatnya tentang tata cara melaksanakan haji yang diajarkan oleh Islam setelah diharamkannya beberapa unsur Jahiliyah, seperti berdesak-desakan, bersiul-siul, dan bertelanjang saat melakukan thawaf setelah dibersihkannya semua berhala yang ada di Ka'bah.
  2. Ada beberapa hal yang dilakukan Rasulullah dalam haji Wada' ini.
    1. Rasulullah ingin bertemu dengan seluruh Muslimin yang datang kepada beliau dari berbagai penjuru.
    2. Menyampaikan kepada mereka berbagai ajaran dan prinsip Islam dengan kalimat yang singkat dan padat.
  3. Menganjurkan kepada kaum Muslimin untuk menyampaikan semua hal yang telah beliau sampaikan kepada siapa saja yang belum mendengarnya, di manapun mereka berada, hingga datangnya Hari Kiamat kelak.
  4. Tujuan Rasulullah melaksanakan ibadah haji adalah juga untuk memberikan contoh praktis kepada seluruh umat manusia tentang tata cara menjalankan rukun Islam yang kelima. Karena itu, khutbah beliau pada haji ini banyak menerangkan tentang hukum-hukum haji dan beberapa prinsip dan ajaran dasar Islam.

Hukum-hukum[sunting | sunting sumber]

Adapun hadis terpenting yang menjelaskan tentang hukum-hukum haji yang dilakukan oleh Rasulullah dan wasiat beliau saat itu adalah yang bersumber dari Jabir dandiriwayatkan oleh Muslim. Tentang hal ini, an-Nawawi mengatakan, "Hadis ini penting dan memuat berbagai ajaran dan prinsip dasar Islam yang sangat urgen. Hadis ini diriwayakan oleh Muslim sendirian, sebab al-Bukhari tidak meriwayatkannya di kitab Shaḥîḥ-nya. Selain Muslim, ada satu perawi lain yang juga meriwayatkan hadis tersebut, yakni Abu Daud. Akan tetapi, hadis yang diriwayatkannya sama persis seperti yang diriwayatkan oleh Muslim."
Qadhi Iyadh berkata, "Banyak orang yang mengatakan bahwa riwayat itu sarat dengan hukum-hukum fikih. Bahkan Abu Bakar ibn Mundzir menulis satu bab yang cukup panjang untuk menjelaskan 150 hukum yang bisa disarikan dari peristiwa haji Wada' ini..."
Al-Albani[12] telah meringkas hukm-hukum fikih dari haji Wada' Rasulullah menjadi 72 pokok permasalahan.
Salah satu kitab penting yang berhubungan dengan haji Wada' adalah Zâd al-Ma'âd,[13] di mana Syu'aib al-Arnauth dan Abdul Qadir al-Arnauth menyebutkan banyak hikmah dan pelajaran dari peristiwa ini.

Prinsip dasar[sunting | sunting sumber]

Beberapa prinsip ajaran Islam yang ditegaskan dan diwasiatkan Rasulullah kepada umatnya saat itu adalah sebagai berikut.
  1. Pengumuman tentang hak-hak asasi seorang Muslim, bahwa jiwa, darah, harta, dan kehormatan seorang Muslim adalah suci.[14]
  2. Pemberitahuan tentang diharamkannya kezaliman, riba, dan seluruh tradisi Jahiliyah yang membahayakan.[15]
  3. Pengumuman tentang hak-hak asasi kaum perempuan dan perintah untuk mengakui keberadaan perempuan secara baik-baik. Di samping itu juga ada penjelasan tentang hak-hak suami yang harus dipenuhi oleh istrinya.[16]
  4. Pemberitahuan tentang diharamkannya mewasiatkan harta pusaka kepada ahli waris. Disebutkan juga beberapa hukum harta pusaka sebagaimana yang termaktub di dalam Alquran.[17]
  5. Pemberitahuan tentang diharamkannya mengadopsi anak angkat dan memperlakukannya seperti anak sendiri atau menisbatkan nama anak tersebut kepada si pengasuh (tabanni). Hal ini juga merupakan isyarat diharamkannya penisbatan nama seorang anak kepada seseorang yang bukan ayah kandungnya sendiri.[18]
  6. Penentuan bahwa nasab seorang anak hasil zina mengikuti orang yang berada di atas kasur kelahirannya (suami sah ibunya). Adapun pezina atau orang yang menzinai ibu si anak harus dihukum rajam dan tidak berhak mengakuinya sebagai anak.[19]
  7. Pemberitahuan kepada seluruh umat Islam bahwa seorang Muslim adalah orang yang mampu menjaga lisan da tangannya dari perbuatan yang tidak menyenangkan Muslim lainnya. Seorang mukmin adalah orang yang dapat memegang amanat dalam menjaga harta dan jiwa Muslimin lainnya. Orang yang berhijrah adalah orang-orang yang berusaha menjauhkan dirinya dari berbagai kesalahan dan dosa. Sedangkan mujahid adalah orang yang membimbing jiwanya dengan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Allah,[20] menjalankan amanat yang diberikan kepadanya, kemudian menyampaikan amanat itu kepada orang yang dituju.[21]
  8. Peringatan bagi seluruh umat Islam untuk tidak berbohong dan menuduh Rasulullah pernah berbuat dusta. Untuk itu, beliau bersabda, "Barangsiapa mendustakan aku, niscaya ia akan kekal di tempatnya di neraka."
  9. Wasiat bagi seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada Alquran dan sunnah. Rasulullah bersabda, "Dan aku telah meninggalkan sesuatu, yang jika kalian berpegang teguh padanya, niscaya kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya."[22]
  10. Pesan bahwa seluruh Muslim adalah bersaudara. Oleh karena itu, Rasulullah mengajarkan kepada setiap Muslim untuk tidak mengambil harta Muslim lainnya, kecuali dengan cara yang baik.[23]
  11. Perintah kepada umat Islam untuk selalu tunduk dan patuh kepada pemimpinnya, apapun ras, warna kulit, atau kedudukan sosialnya. Tentunya selama para pemimpin tersebut berjalan pada koridor yang telah ditetapkan oleh ajaran Allah (Alquran).[24]
  12. Anjuran agar kita senantiasa berlomba-lomba hanya dalam ketakwaan dan bukan dalam kemaksiatan.[25]
  13. Pesan agar kita berlemah-lembut kepada orang-orang yang lemah.[26]
  14. Pesan bahwa ada tiga hal yang dapat menjauhkan hati manusia dari sifat dendam dan dengki, yakni ikhlas dalam beramal (berbuat hanya karena Allah), mengikuti nasihat pemimpin, dan terus merapatkan diri dengan barisan kaum Muslimin.[27]



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Tidak ada komentar:

.f-nav{ z-index: 9999; position: fixed; left: 0; top: 0; width: 100%; padding:0 20px;} /* ini yang membuat menu menjadi melayang (fixed) */ .nav { background: rgba(26, 37, 82, 0.24); margin:0 0 20px 0; } .nav li { list-style-type:none; float:left; display:inline-block; padding:10px; }